Langsung ke konten utama

Startup101 : Design Thinking sebagai Solusi Menemukan Ide dan Inovasi

Apa itu Design Thinking? 

"Design Thinking is a human-centered approach to innovation that draws from designer's toolkit to integrate the needs of people, the possibilities of technology and requirement for business success."
Berdasarkan defenisi di atas, design thinking diartikan sebagai sebuah "framework" yang berfokus untuk mengintegrasikan antara kebutuhan pengguna, kapabilitas teknologi dan bisnis. Dalam proses menemukan Ide atau konsep bisnis, Metode Design Thinking dapat menjadi solusi yang dapat diterapkan, dimana ide yang dihasilkan dapat sesuai dengan kebutuhan pengguna atau pelanggan. Design Thinking sendiri pertama diperkenalkan oleh John E. Arnold dalam buku "Creative Enggineering" (1959) dan L. Bruce Archer dalam buku "Systematic Method for Designers" (1959). Kemudian pada tahun 1980, Rolf Faster, Profesor Stanford, mempopulerkan konsep Design Thinking sebagai metode tindakan kreatif. Sederhananya Design Thinking dijabarkan sebagai metode formal yang praktis, resolusi yang kreatif dari masalah atau isu dengan maksud mendapatkan hasil yang lebih baik dimasa depan. 

Tahapan Proses Design Thinking 

Terdapat lima tahapan dalam proses Design Thinking, diantaranya tahapan emphatize, define, ideate, prototype and test. Dengan tahapan ini, permasalahan dapat diungkapkan dan pertanyaan yang tepat dapat ditanyakan. Ide-ide akan lebih banyak muncul dan solusi terbaik akan dihasilkan. Metode ini digunakan untuk merangsang cara berpikir yang menginspirasi munculnya inovasi baru. Tanpa mengimplementasi metode ini untuk inovasi, bisnis akan menghadapi resiko mengalami penurunan. Resiko kurangnya inovasi dalam beberapa bisnis akan sangat berbahaya bagi kelangsungan bisnis tersebut dimasa mendatang. Tahapan-tahapan diatas tidak harus berurutan atau linear, alur proses dapat disesuaikan dengan kasus spesifik tertentu.

Gambar 1. Tahapan Design Thinking 


Emphatize - The Heart of Design 
"Emphathy is at the heart of design. Without the understanding of what others see, feel and experience, design is a pointless task."

Tahapan empati merupakan fondasi dalam Design Thinking. Pada tahapan Empati seorang Designer harus mencoba memahami, melihat dan merasakan sesuatu dari sudut pandang seorang pengguna. Dengan berempati terhadap kebutuhan pengguna kita, kita dapat membantu mereka dapat membuat produk yang benar-benar dibutuhkan, dan menyelesaikan berbagai permasalahan mereka. Ada baiknya proses empati tidak dilakukan hanya berdasarkan asumsi, akan tetapi menggunakan data yang terpercaya dan dapat dipertanggungjawabkan. Dalam proses implementasinya kita perlu melakukan User Reasearch, seperti wawancara, survei, feedback, turun ke lapangan atau bahkan melakukan pengamatan langsung yang spontan. 

"Output dari tahapan ini dapat berupa data, insight, user persona dll."

Define - Reframe the Problem
Tahapan define adalah tahapan kritis dalam proses desain karena tahapan ini secara eksplisit mengekspresikan permasalahan yang hendak diselesaikan. Oleh karena itu, kita perlu membuat pertanyaan permasalahan yang tepat yang akan digunakan untuk menemukan solusi. Dengan melihat permasalahan dengan sudut pandang tertentu, kita dapat menentukan mana yang jadi prioritas pemasalahan yang akan kita selesaikan dengan solusi. Kesimpulan permasalahan ini akan dibawa ke tahap selanjutnya yaitu Ideate. 

"Output dari tahapan ini berupa rumusan masalah, atau problem statement."

Ideate - Beyond Basic Brainstorms
Ideate merupakan tahapan mengumpulkan solusi-solusi yang mungkin dapat menyelesaikan berbagai masalah yang telah dirumuskan pada tahapan define. Ide yang dihasilkan pada tahap ini dapat menjadi bahan untuk membuat prototype pada tahap berikutnya. Pada tahapan ideate ada 2 prinsip dasar yang perlu diterapkan, diantaranya: 
1. Jangan mudah mengahakimi ide yang disampaikan
Tidak ada ide yang tidak masuk akal, pada tahap ini cukup berfokus pada solusi-solusi yang ada. Karena sangat mudah untuk kita menjatuhkan ide anggota lain dengan justifikasi "Ide ini tidak mungkin". Tujuan dari tahapan ini adalah untuk mengekplorasi sebanyak mungkin solusi yang bisa diterapkan, dan early-judgement sangat tidak sehat dalam proses diskusi.
2. Berfokus pada kuantitas ide
Prinsip selanjutkan ialah berfokus pada kuantitas ide, untuk menghasilkan ide sebanyak mungkin. Ide tidak perlu original, unik dan inovatif atau lainnya. Ide dapat berupa pengalaman sebelumnya atau model bisnis yang sudah ada. Diperlukan sebanyak mungkin ide dari berbagai sudut pandang dan pengalaman. 

"Output dari tahapan ini dapat berupa flow, diagram, mind-map, concept, atau sketsa."

Prototype - Get smarter, faster
Tahapan prototype merupakan tahapan mengubah ide yang sudah dikumpulkan ke dalam bentuk fisik atau nyata. Prototype bertujuan untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam mengembangkan produk. Bisa jadi memvalidasi, keberguaan produk, efesiensi dan lainnya. 
"A good prototype is a prototype that facilitates answering the questions you have."
Secara umum prototype terbagi menjadi Low-fidelity dan High-fidelity. Low-fidelity tidak dituangkan dalam bentuk digital karena keterbatasan waktu. Namun, prototype ini sudah dapat menggambarkan bagaimana desain aplikasi yang akan dibuat seperti button, label navigation dalam aplikasi meskipun belum detail. Sedangkan High-fidelity merupakan tahapan lanjutan dari Low-fidelity dengan menggambarkan desain aplikasi secara lebih detail dengan menambahkan gambar, icon dan sebagainnya. Dengan prototype high-fidelity mockup, dan desain aplikasi yang dibuat sudah berubah menjadi bentuk yang lebih nyata, dan dapat digunakan oleh developer sebagai acuan dalam mengembangkan aplikasi. 

"Ouput dari tahapan ini berupa Prototype Produk."

Test - Early and Often 
Testing merupakan tahap dimana kita melakukan uji coba untuk memvalidasi apakah rancangan atau solusi yang kita buat sudah benar dan mampu menyelesaikan masalah user? atau ada hal yang dapat dikembangkan?. Jika pada tahap ini kamu menemukan kesalahan, maka perbaiki prototype kemudian lakukan tes kembali. 



Komentar

Postingan populer dari blog ini

10 Rekomendasi Situs Web Penyedia Jurnal Nasional dan International

Jurnal merupakan publikasi ilmiah yang berisi kumpulan artikel dan pada umumnya terbit secara berkala. Sebelum diterbitkan, artikel-artikel yang masuk dalam jurnal ilmiah umumnya telah dievaluasi dan direvisi oleh tim editor jurnal tersebut. Setelah lolos dari proses revisi, artikel tersebut baru akan diterbitkan menjadi jurnal ilmiah. Proses revisi dan evaluasi ini perlu dilakukan untuk memastikan dan menjaga kualitas dari jurnal yang diterbitkan. Jurnal sendiri merupakan sumber referensi utama bagi para mahasiswa untuk melakukan kegiatan penelitian maupun menulis karya tulis ilmiah, seperti skripsi, tesis, disertasi, dan tulisan-tulisan ilmiah lainnya. Jurnal sendiri dibagi menjadi dua kategori, yaitu jurnal nasional dan jurnal internasional. Berikut beberapa rekomendasi situs penyedia jurnal nasional dan internasional yang dapat kamu akses, diantaranya:  Perpustakaan Nasional (Perpusnas)  Situs: http://e-resources.perpusnas.go.id/  Perpustakaan Nasional merupakan situs resmi p

Startup101 : Prosisi Nilai Pelanggan (Product-Market Fit)

  Apa itu Product-Market Fit?  “Product-market fit means being in a good market with a product that can satisfy that market.” -Marc Andreesen Product-plan mendefinisikan product-market fit sebagai konsep dan skenario dimana para pelanggan sebuah perusahaan mau membeli, menggunakan dan menyebarkan informasi tentang suatu produk. Proposisi nilai pelanggan atau product-market fit (PM fit) dirumuskan agar produk yang ditawarkan oleh startup sesuai dengan target pelanggan yang dituju atau produk dapat dibeli oleh konsumen. Pada umumnya startup gagal bukan karena mereka tidak memiliki produk untuk dijual, melainkan karena tidak banyak pelanggan yang mau membeli produk yang ditawarkan.   Cara Mengukur Product-Market Fit Dikutip dari Glints ada beberapa cara untuk mengukur Product-Market Fit , diantaranya: Net Promoter Score (NPS) Net Promoter Score (NPS) merupakan skor yang hasilnya mencerminkan loyalitas konsumen. Untuk mendapatkan angka NPS diperlukan survei langsung ke pelanggan melal